Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai marketing ala Rasulullah untuk menuju bisnis yang berkah dan menguntungkan. Jadi jangan sampai melewatkan pembahasan menarik kali ini ya, simak hingga selesai!
Marketing dalam bisnis adalah sebuah konsep yang dimunculkan untuk menghasilkan sebuah penjualan atau lebih jauh diharapkan dapat mendatangkan keuntungan untuk perusahaan ataupun individu.
Semakin sulitnya menjual sebuah produk atau jasa, dikarenakan semakin tingginya persaingan. Semakin banyaknya pesaing yang berkecimpung dalam bidang usaha yang sama mendorong para praktisi dan akademisi yang berkecimpung dalam dunia marketing.
Baik secara langsung ataupun tidak langsung melakukan cara-cara yang diharapkan akan dapat mendukung konsep marketing yang mereka gunakan, sehingga penjualan yang menjadi tujuan utama mereka dapat tercapai.
Kegiatan marketing sebenarnya merupakan kegiatan yang sangat mulia karena pada kegiatan tersebut selalu memunculkan ide dan kreativitas untuk melakukan pendekatan, inovasi, perubahan, dan pembaharuan dalam banyak hal.
Namun, pada zaman ini pemahaman marketing sesuai ajaran Rasulullah sudah berkurang. Pemahaman yang didapat hanya menginginkan keyakinan yang instan.
Rasulullah telah mengajarkan umatnya berdagang dengan menjunjung tinggi nilai keislaman. Dalam beraktivitas ekonomi, umat Islam dilarang melakukan tindakan batil.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya:
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan jangalah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS.An-Nisa [4] ayat 29).
Pemasaran dalam Islam
Dewasa ini sering dijumpai cara pemasaran yang tidak etis, curang, dan tidak profesional. Kiranya perlu dikaji bagaimana akhlak dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Atau lebih khusus lagi akhlak dalam pemasaran kepada masyarakat dari sudut pandangan Islam.
Kegiatan pemasaran seharusnya dikembalikan pada karakteristik yang sebenarnya. Yakni religius, beretika, realistis, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Inilah yang dinamakan marketing syariah, dan inilah konsep terbaik marketing untuk hari ini dan masa depan.
Prinsip marketing yang berakhlak seharusnya diterapkan. Apalagi nilai-nilai akhlak, moral dan etika sudah diabaikan. Sangat dikhawatirkan bila menjadi kultur masyarakat.
Perspektif pemasaran dalam Islam adalah ekonomi Rabbani (divinity), realistis, humanis, dan keseimbangan. Inilah yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi konvensional.
Marketing menurut Islam memiliki nilai dan karakteristik yang menarik. Pemasaran syariah meyakini, perbuatan seseorang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.
Baca Juga: Membangun Keuntungan Jangka Panjang dengan Relationship Marketing
Selain itu, marketing syariah mengutamakan nilai-nilai akhlak dan etika moral dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, marketing syariah menjadi penting bagi para tenaga pemasaran.
Jika para pemasar menjalankan aktivitas pemasaran yang diperintahkan dan meninggalkan larangan yang dilarang, pemasaran tersebut menjadi suatu aktivitas yang diperbolehkan dalam Islam.
Oleh karena itu, dalam perspektif syariah pemasaran adalah segala aktivitas yang dijalankan dalam kegiatan bisnis berbentuk kegiatan penciptaan nilai (value creating activities) yang memungkinkan siapa pun yang melakukannya bertumbuh.
Bahkan dapat mendayagunakan kemanfaatannya yang dilandasi atas kejujuran, keadilan, keterbukaan, dan keikhlasan sesuai dengan proses yang berprinsip pada akad bermuamalah Islami atau perjanjian transaksi bisnis dalam Islam.
Pemasaran adalah suatu aktivitas yang selalu dikaitkan dengan perdagangan. Jika meneladani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saat melakukan perdagangan, maka beliau sangat mengedepankan adab dan etika dagang yang luar biasa.
Etika dan adab perdagangan inilah yang dapat disebut sebagai strategi dalam berdagang. Oleh karena itu, Syekh Sayyid Nada membeberkan sejumlah adab yang harus dijunjung pedagang Muslim dalam menjalankan aktivitas jual-beli.
Berdasarkan hadis-hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yakni sebagai berikut:
- Tidak menjual sesuatu yang haram. Umat Islam dilarang menjual sesuatu yang haram seperti minuman keras dan memabukkan, narkotika, dan barang-barang yang diharamkan Allah. “Hasil penjualan barang-barang itu hukumnya haram dan kotor”.
- Tidak melakukan sistem perdagangan terlarang. Contohnya menjual yang tidak dimiliki. Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jangan kamu menjual sesuatu yang tidak engkau miliki.” (HR Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’i). Selain itu Islam juga melarang umatnya menjual buah-buahan yang belum jelas hasilnya serta sistem perdagangan terlarang lainnya.
- Tidak membiasakan bersumpah ketika berdagang. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Janganlah kalian banyak bersumpah ketika berdagang, sebab cara seperti itu melariskan dagangan lalu menghilangkan keberkahannya.” (HR Muslim). Tidak berbohong ketika berdagang. Salah satu perbuatan berbohong adalah menjual barang yang cacat namun tidak diberitahukan kepada pembelinya.
- Tidak boleh memakan dan memonopoli barang dagangan tertentu. Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Tidaklah seorang menimbun barang melainkan pelaku maksiat.” (HR Muslim).
Marketing ala Rasulullah
Berikut ini adalah beberapa tips atau strategi marketing ala Rasulullah dalam mengembangkan bisnisnya.
1. Bersikap Jujur
Berkat kejujuran, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendapatkan julukan Al-Amin (Yang Dapat Dipercaya). Sikap jujur dalam bisnis ini beliau tunjukkan pada pelanggan maupun pemasok barang dagangannya.
Pada masa awal mula berbisnis, Nabi mengambil barang dagangannya ke Khadijah, seorang konglomerat kaya raya yang akhirnya menjadi istrinya.
Ketika bekerjasama dengan Khadijah, beliau selalu bersikap jujur. Selain jujur pada Khadijah, beliau juga jujur pada pelanggannya.
Hal ini tercermin ketika pelanggan mendatanginya, beliau memasarkan barangnya dengan menjelaskan semua keunggulan dan kekurangan barang tersebut, tanpa mengharapkan keuntungan lebih besar dari hasil penjualannya.
Bagi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kejujuran harus dijadikan brand dagang para pebisnis. Apapun jenis bisnisnya, kejujuran harus tetap ditempatkan pada posisi yang utama.
2. Ikhlas & Profesional
Kejujuran yang diiringi dengan konsep Ikhlas akan membentuk pribadi seorang marketer atau sebuah perusahaan tidak lagi memandang materi sebagai tujuan utama.
Lebih open minded terhadap semua keuntungan, baik bersifat materi maupun nonmateri. Juga, terbuka dalam menghadapi sebuah kegagalan.
Profesional dengan sifat Jujur dan Ikhlas merupakan dua sisi yang saling menyeimbangkan. Nabi Muhammad memberikan contoh bahwa seorang yang profesional mempunyai sikap yang selalu berusaha maksimal dalam mengerjakan sesuatu atau dalam menghadapi masalah.
Tidak mudah menyerah atau berputus asa dan bukan juga seorang pengecut yang menghindar dari sebuah risiko.
3. Menghormati Pelanggan
Pelanggan atau pembeli adalah raja, demikianlah prinsip dalam bisnis. Menarik satu pelanggan memang sulit tapi mempertahankannya justru lebih sulit.
Nabi Muhammad memberikan contoh bahwa keuntungan dalam berbisnis hanyalah sekedar “hadiah” dari upaya yang dilakukan.
Baca Juga: Perencanaan Digital Marketing untuk Peluncuran Produk Baru
Nabi selalu melayani costumer dengan ikhlas, beliau tidak rela jika pelanggannya tertipu saat membeli barangnya. Pesan yang disampaikan oleh beliau adalah “cintailah saudaramu seperti mencintai dirimu sendiri”.
Jika pelayanan yang diberikan kepada pelanggan itu memuaskan, maka pelanggan juga akan terus percaya dan akan terus berlangganan dengan produk yang ditawarkan. Begitu pula sebaliknya.
Cobalah memenuhi janji seperti apa yang pernah Anda iklankan dalam pemasaran Anda. Ini justru akan mengangkat kepercayaan pelanggan terhadap bisnis atau usaha Anda.
4. Membedakan Jenis Produk
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga memberikan contoh untuk memisahkan antara barang yang bagus dan barang yang jelek. Selain itu, beliau juga membedakan harga sesuai kualitas produknya. Bukan menyamakan semua produk tanpa melihat kualitas produknya.
Dalam dunia marketing bisnis kita mengenal banyak jenis produk yang bisa dipasarkan. Tapi, faktanya justru sebaliknya. Sebagian besar malah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dari “Cacat Produk”.
Ini tentu akan merugikan pelanggan dan akan membuat pelanggan tidak percaya lagi dengan Anda.
Demikianlah ulasan mengenai marketing ala Rasulullah yang penting untuk dipahami dan diterapkan. Dengan marketing yang benar tentu bisnis Anda akan semakin sukses dan berkah.
Apabila bisnis Anda membutuhkan pemasaran melalui digital, maka Zeka Digital solusinya. Anda bisa memanfaatkan website untuk memasarkan barang atau jasa yang Anda miliki melalui online. Jadi tunggu apalagi buat dan kelola website bersama kami.